Bagi mereka yang sedang mencari sebuah destinasi wisata yang mengagumkan dan mempesona, Danau Lau Kawar adalah sebuah lokasi yang harus masuk dalam daftar kunjungan Anda.
Keindahan dan panorama alam yang ditawarkan oleh danau ini akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan kepada setiap pengunjungnya. Mengelilingi danau ini, Anda akan menemukan pegunungan yang ditutupi oleh pepohonan hutan tropis yang lebat.
Lokasi ini tidak hanya sempurna untuk kegiatan rekreasi, tapi juga sering menjadi sasaran bagi kegiatan penelitian. Hal ini tidak mengherankan, mengingat keaslian dan kealamiannya yang masih terjaga, menjadikan tempat ini kaya akan objek penelitian yang menarik.
Mengetahui Legenda Asal-Usul Danau Lau Kawar
Dalam lingkup masyarakat yang terus berkembang, bermacam-macam versi cerita tentang asal-usul Danau Lau Kawar tercipta dan beredar luas.
Sebutan "kawar" yang melekat pada nama Danau Lau Kawar berasal dari sebuah desa yang dikenal karena kesuburannya dan penduduknya yang mayoritas berprofesi sebagai petani.
Hasil panen desa tersebut selalu berlimpah ruah. Pada suatu masa, Desa Kawar mengalami panen yang sangat berlimpah, jauh melebihi tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai bentuk ungkapan syukur, penduduk desa berinisiatif untuk menyelenggarakan sebuah pesta adat yang jauh lebih meriah dibandingkan dengan perayaan sebelumnya.
Segala persiapan dilakukan dengan seksama, mulai dari memasak, menyiapkan pakaian berwarna-warni, perhiasan, hingga menghias seluruh desa. Semangat gotong royong terlihat jelas di antara penduduk desa yang saling membantu demi suksesnya upacara adat tersebut.
Kemeriahan upacara adat ini diperkuat dengan penampilan Gendang Guro-Guro Aron, musik tradisional khas masyarakat Karo, yang menjadi salah satu bagian penting dalam perayaan tersebut.
Pesta tahunan ini dihadiri oleh seluruh warga desa, kecuali seorang nenek tua yang sedang sakit dan tidak mampu bergerak.
Sayangnya, dalam kesibukan dan kegembiraan tersebut, nenek tua itu terlupakan. Anak, cucu, dan menantu yang seharusnya mengantarkan makanan kepadanya justru lupa akan tugas mereka.
Setelah pesta berakhir, mereka baru ingat dan bergegas mengantarkan makanan, namun di tengah perjalanan, cucu nenek itu telah memakan isi bungkusan tersebut hingga yang tersisa hanyalah tulang belulang.
Tanpa mengetahui hal sebenarnya, nenek itu mengira bahwa anak dan menantunya telah dengan sengaja menyakiti hatinya.
Rasa sedih dan terhina membuatnya menangis tanpa henti. Dalam kesedihannya, ia berdoa memohon kepada Tuhan agar mengutuk anak dan menantunya.
Tidak lama kemudian, langit menjadi gelap, guntur menggelegar membelah langit, dan hujan turun dengan derasnya. Warga desa berusaha menyelamatkan diri dalam kepanikan, namun usaha mereka sia-sia.
Seluruh desa beserta penduduknya lenyap ditelan keganasan alam, dan di tempat itu kemudian terbentuklah Danau Lau Kawar.
Selain kisah legenda tersebut, terdapat beberapa pantangan yang berlaku di sekitar danau, seperti larangan berkata kasar dan melakukan perbuatan maksiat.
Pelanggaran terhadap pantangan ini dipercaya akan membangkitkan kemarahan penunggu danau, yang ditandai dengan datangnya badai secara tiba-tiba.
Keindahan yang Ditawarkan Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar, yang berada di bawah teduhnya Gunung Sinabung, merentang seluas kurang lebih 200 hektar. Danau ini dikelilingi oleh pegunungan yang lebat dengan pohon-pohon hutan hujan tropis, menjadi bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang terletak pada ketinggian 2.451 meter di atas permukaan laut.
Kawasan ini dianugerahi iklim sejuk, dengan suhu berkisar antara 16 hingga 17 derajat Celcius, menjadikan wilayah ini sangat subur. Keindahan alam sekitar danau tidak terbantahkan; airnya yang tenang dan jernih menambah pesona alaminya.
Sebelum letusan Gunung Sinabung tahun 2011, kawasan di sekitar danau ini juga dikenal karena keberadaan anggrek-anggrek yang menambah keindahan pemandangan.
Di pinggir danau, terdapat lahan seluas 3 hektar yang ideal untuk kegiatan berkemah dan menginap, menarik banyak pengunjung untuk mendirikan tenda dan menikmati keindahan alami area tersebut.
Selain kegiatan berkemah, pengunjung juga dapat menikmati berbagai aktivitas lain di danau, termasuk memancing, menyewa perahu, berkeliling dengan kapal boat, atau bahkan melakukan panjat tebing, semuanya menawarkan pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan di tengah keindahan alam Danau Lau Kawar.
Rute Menuju Lokasi Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar terletak di Desa Kutagugung, bagian dari Kecamatan Naman Teran, yang berada tepat di bawah lereng Gunung Sinabung yang merupakan gunung berapi aktif, di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara.
Bagi para pengunjung yang berasal dari kota Berastagi, mereka dapat mengendarai mobil atau kendaraan pribadi lainnya untuk menempuh perjalanan sekitar 27 kilometer untuk sampai ke lokasi ini.
Selama perjalanan, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan sawah yang menghijau dan desa-desa yang tenang serta mempesona. Terkait dengan asal-usul Danau Lau Kawar, terdapat sebuah cerita yang sangat menarik dari penduduk setempat.
Cerita tersebut mengisahkan tentang dua sosok bernama Sinabung dan Sibayak yang selalu berselisih dan tidak pernah damai. Konflik antara keduanya menyebabkan kesedihan mendalam pada ibu mereka.
Dikisahkan, air mata sang ibu itulah yang kemudian membentuk danau ini yang saat ini telah berubah menjadi salah satu destinasi wisata favorit.
Namun, perlu diketahui bahwa terdapat berbagai versi cerita tentang asal-usul danau ini yang bisa didengar dari berbagai narasumber yang berbeda.
Baca Juga: Keindahan Tersembunyi di Pulau Sumatera: Pesona Bukit Holbung yang Memukau
Biaya Tiket Masuk Danau Lau Kawar
Mengenai biaya kunjungan, Danau Lau Kawar menawarkan akses masuk tanpa tiket, alias gratis. Akan tetapi, pengunjung yang membawa kendaraan pribadi perlu membayar biaya parkir, yang ditetapkan sebesar Rp5.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp10.000 untuk kendaraan roda empat.
Selain itu, Danau Lau Kawar buka selama 24 jam, sehingga pengunjung bisa datang kapan saja, baik itu untuk menikmati keindahan malam hari sambil berkemah di tepi danau atau menyambut fajar dengan udara yang segar dan pemandangan yang menakjubkan.
Namun, di balik keindahan alam dan kisah legendaris yang menyelimutinya, terdapat beberapa larangan yang harus diperhatikan oleh pengunjung, seperti larangan untuk berperilaku buruk atau menggunakan kata-kata yang tidak pantas.
Ada kepercayaan di kalangan masyarakat setempat bahwa pelanggaran terhadap aturan-aturan ini dapat membuat penunggu danau marah dan mengakibatkan terjadinya badai.
Semoga ulasan tentang Danau Lau Kawar ini bermanfaat bagi Anda. Jika Anda berencana untuk mengunjungi dan menikmati keindahan serta kedamaian danau ini, ingatlah untuk selalu mematuhi peraturan yang ada dan menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Mari bersama-sama kita lestarikan keindahan alam Indonesia.